Monday 4 January 2016

Memaafkan Tak Berarti Begitu


Memaafkan itu..
Bukan tentang diri mengalah.

Karena nyatanya saat kita memutuskan untuk memaafkan saat itu pula kedamaian hati menang. Memaafkan adalah tentang memilih kedamaian hati. 
Tidak memaafkan itu sama saja seperti membawa beban batu bertumpuk-tumpuk yang dibawa setiap harinya. 

Sering kali enggan memaafkan karena ingin menghukum si pesalah. Begitu? Nyatanya, saat kita tidak memaafkan saat itu pula kita menghukum diri. Membawa-bawa kenangan disakiti. Apa itu tak masuk dalam kategori menyiksa diri?

Sekali lagi, memaafkan bukan berarti kita kalah dia menang. Bukan. Ini tentang pilihan ingin hati tenang. Tak ada urusan sama sekali dengan si pesalah. 

Pihak pertama yang paling diuntungkan saat kita memaafkan adalah diri kita sendiri. Bukan orang lain. Kita memaafkan karena kita berhak bahagia dan miliki hati yang damai. Urusan ingin balas dendam agar si pesalah tahu rasanya disakiti, biarlah itu tidak jadi urusan kita. 

Hidup ini terlalu singkat untuk diisi hati penuh dendam. Apakah ada ketenangan di hati penuh kedendaman?


Memaafkan adalah menyediakan ruang di hati untuk ketersakitan yang pernah dialami. Terima ia. Mau ditolak bagaimana pun toh sudah terjadi. Terima, jadikan ia sebagai salah satu episode kehidupan. 

Memaafkan memang tak sepaket dengan melupakan. Memaafkan memang tak berhenti hanya di mulut, ada hati yang merana mengingat-ingat ketersakitan. Itulah kenapa dalam al-Quran tak ada perintah meminta maaf, adanya perintah memaafkan. Karena memaafkan bukan hal yang mudah. Perlu kelapangan hati, keikhlasan menerima, dan tetap berlaku baik. 

Coba katakan pada diri, bismillah aku memaafkannya. Memaafkannya karena aku ingin kedamaian hati. Lalu datangi ia, berikan senyuman terbaik, ulurkan tangan bantu kesusahannya. Dan rasakan ada perasaan yang mewah di hati. Indah. Megah. 

Memaafkan memang hal yang sulit, tapi tak berarti tak bisa dilakukan. Sertakan dalam doa kita, memohon hati yang lapang yang dapat memaafkan. Kita tak dapat memaafkan, kecuali atas pertolongan Allah. Tinggal kitanya mau minta tolong atau tidak kepada Allah, atau memilih tetap tak memaafkan dan menyiksa diri. 

###
Natisa
Bandung, 4 Januari 2015

1 comment :